A Lesson Learn : Never Give Up On Your Dreams

Waktu itu, di penghujung bulan ramadhan, sekitar puasa ke 26 atau 27, selepas berbuka aku duduk di depan rumah, di bawah pohon ceri, seperti biasa menikmati angin yg berhembus, sembari menyeruput sisa sisa tehpoci dan kue sisa buka tadi.

Tak lama, ada sosok lelaki paruh baya berjalan, tidak menggunakan kedua kakinya, melainkan menggunakan sebuah kursi roda. Sendiri, ntah kemana tujuannya.

Terbesit lah niat di hati untuk sekedar bertanya apakah dia memang sendiri atau ada teman yg menunggu. Dan jawaban yg ku dapat malah buatku ternganga

“teman saya cuman yang maha kuasa” saut pria paruh baya itu saat ku tanya siapa temannya.
Tak lama dia terlihat kebingungan dan akhirnya menghentikan laju kursi rodanya dan berbalik mendekat ke arahku, seraya berkata

“mas, bisa minta tolong dorongkan? Sampe depan sana saja, jalanannya sedikit menikung, saya tidak berani”

Tanpa banyak pikir aku melompat dari tempat dudukku dan langsung meraih pegangan dorongan kursi rodanya pria tersebut.

Sembari mendorong, rasa penasaran dalam kepalaku memuncak dan akhirnya ku beranikan diri untuk bertanya

“bapak disini sendirian? Mau kemana pak?”

Dan dengan tegas tanpa ragu dia menjawab

“saya mau ke sangatta”

Aku tercengang, sedikit tak percaya aku bertanya lagi

“ngapain pak ke sangatta? Ada keluarga disana? Terus kesana sama siapa?”

Mendengar pertanyaan itu dia menyuruhku untuk menghentikan langkahku, dan kemudian dia membuka tas yg dia bawa, membuka beberapa dokumen dan menunjukkan kepadaku, sambil menjelaskan

“saya memang keliling indonesia, sudah dari tahun 2009, ini buktinya”
Sambil membaca berkas yg dia berikan, akhirnya aku paham dan mengerti, dia benar benar melakukannya, berkeliling indonesia dari kampungnya di jawa jauh disana, dan sekarang dia berada di bontang, kalimantan timur.  

Namanya adalah, Simon Sundoro, pria paruh baya berusia 40an-50an tahun, memulai perjalannya sejak tahun 2009 sampai sekarang dia masih melanjutkan perjalanannya, hanya dengan modal kepercayaan nya kepada Tuhan dia berangkat meninggalkan anak istri dan kehidupannya yg damai di kampung sana. Hanya membawa uang sebanyak 7ribu rupiah saat berangkat, dia telah berhasil membuka mata banyak orang, bahwa kekurangan bukan lah sebuah halangan untuk meraih mimpimu yg tinggi, dia telah buktikan, bahwa hanya dengan bekal 7rb rupiah dan dua kaki yg bahkan tak bisa digunakan untuk berdiri, selama 4 tahun terakhir dia telah berhasil mendatangi tempat tempat yg sebelumnya tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Aku terenyuh, sejenak ku berpikir tentang apa yg sudah ku raih dengan tubuh yg sehat tanpa cacat ini, jika dibandigkan dengan beliau rasanya aku hanya seonggok sampah yg tak pernah melakukan sesuatu yg berarti untuk diri sendiri maupun orang lain.


Thanks for the lesson you taught me, Mr. Simon Sundoro, I will never forget it !

Komentar

Posting Komentar